Supporter – Harapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) agar pendukung Persija Jakarta (Jakmania) dan pendukung Persib
Bandung (Viking) mengakhiri konflik, tampaknya akan segera terwujud.
Pasalnya, kedua kelompok suporter itu menyatakan siap mengakhiri
permusuhan.
Kesiapan itu diungkapkan Ketua Harian Jakmania, Larico Ranggamone,
dan Ketua Viking Persib Club, Herru Joko, saat dihubungi oleh Wartawan
Senin (26/4/2010), SBY mengungkapkan harapannya agar kedua kelompok
suporter itu bisa menyelesaikan pertikaian yang ada selama ini.
Ternyata, imbauan Presiden itu ditanggapi postif oleh kedua kelompok.
Larico mengaku pihaknya siap duduk bersama untuk mencari solusi demi sebuah perdamaian. “Kami siap untuk bertemu. Pada dasarnya kami membuka perdamaian. Intinya, kami rindu perdamaian demi wajah sepak bola nasional yang lebih maju,” ucap Larico.
Lebih jauh, Larico menegaskan bahwa pihaknya sangat beritikad baik untuk mengakhiri permusuhan. Salah satu contohnya, kata Larico, Jakmania dilarang menyanyikan lagu-lagu yang bersifat menghina Viking. “Kami sudah melarang anggota untuk menyanyikan lagu-lagu rasis dan kami juga sering melarang anggota mengenakan baju yang bertuliskan kalimat cemoohan. Bahkan, saat Persib datang ke Jakarta (25/4/2010), tak ada lemparan batu kepada mereka,” paparnya.
Hal senada diungkapkan Herru. Ia berharap seruan Presiden jangan hanya jadi wacana. “Kami menyambut baik seruan Presiden tersebut. Semoga hal itu jangan hanya menjadi wacana. Saya pribadi siap bertemu (Jakmania, Red) dan saya rasa Viking pun siap,” ungkap Herru.
Herru juga menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan usaha untuk meredam permusuhan. “Kami juga telah mengurangi nyanyian-nyanyian yang bersifat cemoohan karena ini menyangkut orang banyak,” tambahnya.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kedua kelompok ini kerap bertikai. Sampai-sampai pihak keamanan melarang suporter lawan untuk mengenakan atribut bila kedua tim bertemu. Pada 25 Maret silam, saat Persib bertandang ke Persija, pihak kepolisian mengizinkan Viking datang dengan catatan tanpa mengenakan atribut, demikian pula sebaliknya.
Larico mengaku pihaknya siap duduk bersama untuk mencari solusi demi sebuah perdamaian. “Kami siap untuk bertemu. Pada dasarnya kami membuka perdamaian. Intinya, kami rindu perdamaian demi wajah sepak bola nasional yang lebih maju,” ucap Larico.
Lebih jauh, Larico menegaskan bahwa pihaknya sangat beritikad baik untuk mengakhiri permusuhan. Salah satu contohnya, kata Larico, Jakmania dilarang menyanyikan lagu-lagu yang bersifat menghina Viking. “Kami sudah melarang anggota untuk menyanyikan lagu-lagu rasis dan kami juga sering melarang anggota mengenakan baju yang bertuliskan kalimat cemoohan. Bahkan, saat Persib datang ke Jakarta (25/4/2010), tak ada lemparan batu kepada mereka,” paparnya.
Hal senada diungkapkan Herru. Ia berharap seruan Presiden jangan hanya jadi wacana. “Kami menyambut baik seruan Presiden tersebut. Semoga hal itu jangan hanya menjadi wacana. Saya pribadi siap bertemu (Jakmania, Red) dan saya rasa Viking pun siap,” ungkap Herru.
Herru juga menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan usaha untuk meredam permusuhan. “Kami juga telah mengurangi nyanyian-nyanyian yang bersifat cemoohan karena ini menyangkut orang banyak,” tambahnya.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kedua kelompok ini kerap bertikai. Sampai-sampai pihak keamanan melarang suporter lawan untuk mengenakan atribut bila kedua tim bertemu. Pada 25 Maret silam, saat Persib bertandang ke Persija, pihak kepolisian mengizinkan Viking datang dengan catatan tanpa mengenakan atribut, demikian pula sebaliknya.